Sebuah Perpisahan

Posted by : Unknown di 08.57 0 Comments



Malam ini, tanpa ditemani hiasan langit
Ku dekap erat seseorang yang ada dihatiku saat ini
Perlahan ,air mata mengelus lembut pipiku
Terbayang sesak didalam hati

Dapatkah kalian menerka?
Ah, kurasa tidak
Hanya akulah yang mengerti apa yang dikehendak oleh hatiku
Ini sebuah perpisahan!
Ya, meskipun aku tahu, ini tidak untuk selamanya
Tapi, perasaan sesak itu datang berbisik pada hati ini

Dengan penuh kasih,  dia membelai lembut rambutku
Aku merasakan sesuatu
Tubuhnya seketika dingin
Dia terdiam di antara gelap malam
Air mata tak henti untuk mengelus ku
Selembar tissue ditawarkan untuk ku
Segera aku raihnya

Dalam hati aku berdoa untuk hubungan ini
Kami saling mengasihi dan menyayangi
Biarkan kami terus bersatu
Biarlah jarak yang memberi arah
Arah dimana seharusnya kami melangkah

Esok aku pergi
Pergi meninggalkannya
Namun kepergianku dengan tujuan dan suatu alasan yang kuat
Aku pergi untuk meraih suatu cita-cita
Sebuah kesuksesan
Ya, pastinya akan aku persembahkan untuk orang yang berarti
Untuk seseorang yang mengandungku
Untuk seseorang yang menafkahi keluarganya
Untuk seseorang yang selalu menemaniku
Setiap hari, saat aku jatuh maupun saat aku terbangun

Tuhan,
Jagakan mereka untukku
Biarkan aku berjuang meraih ilmu-Mu
Izinkan aku dan perkenankanlah untuk mencpai ridho-Mu
Amin…………..

Naskah Drama 9 Orang

Posted by : Unknown di 00.46 0 Comments



Nih guys, teks drama karya kelompok gue pas waktu SMA. Semoga bermanfaat :)

BROKEN HOME

Peran :
Afnila Fritadini           : Narator
Jm Saputra                  : Jm
Hafrida Miranata        : Ibu Jm
Alexander Simamora  : Ayah Jm, Teman Jm
Antika Sari                  : Kakak Jm
Elgy Caylina               : Elgy
Verawati Simamora    : Vera
Risqidastia Refnadilla : Kiky
Noni Vidia Khairani   : Noni

            Disebuah keluarga yang berada, namun tak merasakan kehangatan dan keakraban seperti keluarga yang lainnya. fasilitas pun membutakan segalanya. kesibukkan kedua orangtua mereka mengakibatkan mereka kurang diperhatikan.  Suatu hari ayah mendapati surat panggilan orangtua dari sekolah anak lelaki nya. ini sangat membuat sang ayah murka.
Diaolog 1
kakak   : ayah…ada hal yang ingin kubicarakan, hal ini menyakut adik.(gugup)
ayah     : ada apa dengan adikmu? (tercengang)
            (kakak pun mengeluarkan surat dari sakunya.)
(jm menunduk)
kakak   : yah, ini suratnya. kakak harap ayah jangan marah kepada adik.
ibu       : ayah, apa isi surat itu? (ayah membaca)
ayah     : apa yang telah kamu lakukan disekolah jm? (jm tak menjawab)
ibu       : apa yang telah terjadi nak?
ayah     : (menunjuk kearah jm) ini
semua gara-gara ibu, terlalu memanjamkan anak mu satu ini, sehinggq semua permintaannya kamu tuuruti. lihat apa yang telah dia lakukan. dia berkelahi sampai-sampai temannya masuk rumah sakit.
ibu       : bukannya mengenai anak itu merupakan tanggung jawab kita berdua? salahmu juga yang selalu sibuk dengan kerjaan. kemana kamu selama iini?

jm        : (memukul meja) kalian ini, tidak pernahkah kalian berfikir? dimana peran kalian sebagai orang tua? kalian selalu sibuk dengan urusan kalian masing-masing.( jm pun langsung pergi meninggalkan meja makan)
kakak   : adik, sudahlah…tidak baik membentak orangtua seperti itu.
jm        : kakak, tidak merasakan apa yang saya rasakan.
dialog 2
tiga hari kemudian jm pun kembali masuk ke sekolah. ke esokan harinya  di sekolah jm tampak sangat murung, beberapa teman nya menghampiri.
elgi : hai….bray
vera: ke sambet apa kamu jm kok murung
jm: enggak papa
elgy: masa iya sih enggak ada masalah
vera: cerita lah ke kita berdua, kita kan satu seperjuangan bray, ya kan Gy
elgy: yoi bray………
(dari  sudut ruangan salah satu teman jm tiba-tiba teriak)
alex: (sambil memukul meja) DEMI TUHANNNN……….
kiky : kamu tuh kesambet apa si Lex ( sambil cuek)
dian: lagi kerasukan mantra subur tuh sepertinya
nonie: alex kamu itu bisa enggak sih gak buat keributan  di kelas ini satu hari saja
alex: kalian ini sibuk kali sih…( dan ia pun langsung meninggalkan kelas)
elgy,vera dan jm: hahahahahaha…..
elgy :kamu mau enggak beban pikiran kamu berkurang
jm: ya jelas mau lah, kepala saya udah mau pecah gara-gara masalah ini
vera: gimana kalau nanti siang kita kumpul di tempat biasa. kamu bawa barang nya ya Gy
jm: barang apa sih
elgy: ada deh kejutan buat kamu, nanti kamu juga akan tahu sendiri
vera: gimana kalau sekarang aja kita ke sana, selagi gak ada guru nih. kamu bawa barang ya sekarang kan?
elgy: saya kan selalu membawa barang itu kemana pun saya pergi.
(di tempat tongkrongan)
elgy: ini barang nya
jm: apa an ini Gy
vera: sudah lah cobain aja dulu,untung-untung pikiran kamu bisa ringan
( sesaat kemudian jm pun melihat jam tangan nya yang telah menunjukkan pukul 06.00)
jm: udah jam 06.00 ini, saya pulang duluan ya
elgy: dasar anak mami kamu
vera: udah lah Gy biarin dia pulang kasian entar dia di marah lagi
besoknya disekolah jm terlihat ceria.  jm cerita sma alex
jm        : lex, ternyata setelah makai barang itu pikiran jadi tenang.
alex      : barang apa?
jm        : sabu, ehhhehe
alex      : gila kamu em, ketahuan bahaya loh.
jm        : puduli ah.
(alex ninggalin jm)
(alex menghampiri noni dan kiki)
alex      : noni, kiki ! hemmm mau cerita ..
noni     : apaan si?
alex      : jm make sabu.
kiki      : (muka kaget, ) masa si?
alex      : iya, tadi dia baru cerita sama aku.
noni     : hemm biarin aja lex, dia kan ga ganggu kita.
kiki      : tapi noni, dia teman kita. sebisa mungkin kita bantuin dia.
noni     : iya iya iya.
prolog
beberapa hari setelah itu noni,dian dan kiki kerumah jm, berharap bertemu dengan orang tua umumnya keluarga jm agar bisa mengatasi masalah yang dia hadapi.
noni dan kiki   : ass…tok tok tok….
kakak               : wal
aikumsallam…silahkan masuk.. duduklah, mau minum apa?
Kiki                 : tidak usah repot-repot kak, kami hanya sebentar..
Kakak              : Oh, baiklah.. ada apa ya??
noni/dian         : kak, jm ada masalah?
kiki                  : iya kak, akhir-akhir ini jm terlihat aneh.
kakak               : memang setelah dia kena masalah di sekolah, dia jadi bandel gitu.
(ibu pun datang, lalu duduk)
ibu:                  : ada apa dengan jm.
kiky:                :hhhmmm…….jm buk
ibu                   : ada apa dengan dia,apa dia ada masalah lagi di sekolah.
nonie               : ibu jangan kaget ya dengar berita ini. jm memakai barang haram,barang itu sabu
ibu                   : apa…..anak itu (sambil nangis)
kiky                 : sabar ya buk, kami akan berusaha buat dia sadar apa yang dia lakuin itu salah besar.
kakak               : makasih ya, kalian semua udah mau  membantu  jm untuk dapat berubah
dian                 : iya kak sama-sama
dialog 3
disekolah kiky pun menghampiri jm untuk dapat merubah kenakalan nya
kiky                 : jm, saya mau bicara dengan kamu.
Jm                    : bicaralah, apa yang ingin kamu katakan?
Kiky                : apa benar kamu memakai barang haram ??
Jm                    : bukan urusanmu..
Kiky                : jm, dengar... semua orang punya masalah dalam hidupnya, tetapi tidak begini cara kamu menyelesaikan masalah kamu.. bukan begini cara kamu membuatmu merasa ringan dengan semuanya..
Jm                    : aku butuh perhatian dari orangtua seperti teman-temanku yang lain.. tapi harta membutakan mereka, mereka sibuk dengan bisnisnya sehingga melupakan kewajibannya kepada anak-anaknya..
Kiky                : aku mengerti perasaanmu, tapi bukan dengan berbuat dosa untuk menyelesaikan semuanya..
Jm                    : aku tau ,aku salah.. (pergi meninggalkan kiky)
Saat sedang mengendarai mobilnya menuju rumah, Jm memikirkan apa yang di katakan kiky siang tadi. Sampai-sampai mobil tepat didepannya pun tak ia lihat , spontan Jm membanting setir ke arah pohon hingga mobilnya tertabrak .. Jm di larikan ke rumah sakit.. Noni salah seorang temannya membawanya ke rumah sakit.. semua keluarga Jm berkupul di ruang rawat..
Ayah               : Nak, maafkan ayah .. selama ini ayah selalu sibuk dengan urusan ayah tanpa memperhatikan anak-anak ayah.. (Jm hanya memalingkan muka, karena kekecewaannya)
Ibu                   : Iya nak, kami memang orang tua yang tidak pantas (menangis tersedu-sedu) untuk anak sendiri kami tidak becus untuk mengasihi kalian..
Kakak              : (Merangkul sang ibu) ibu sudahlah jangan bicara demikian, jadikan ini suatu pembelajaran untuk keluarga kita..
Jm                    : kaki Jm udah lumpuh begini baru sadar yah , buu?? Seperti tidak berguna lagi Jm hidup dengan kaki lumpuh seperti ini..
Ibu                   : Jm cukup !! biar bagaimanapun mereka ini orang tua kita, mereka yang melahirkan dan merawat kita hingga sekarang ini.. seharusnya dengan kejadian ini kamu sadar perbuatan kamu di masa lalu itu salah, perbaiki sekarang.bukan menyalahkan ayah dan ibu..
 Jm terdiam dan meneteskan air mata.... tiba-tiba ...
“tok...tok...tokk”
Elgy                 : Permisi om, tantee.. (menghampiri jm) Jm kenapa kamu bisa seperti ini ??
Vera                : apa yang terjadi sebenarnya Jm??
Jm                    : seperti yang kalian lihat... aku telah menyesal dengan kejadian di masa lalu. Aku ingin perbaikinya sekarang , aku yakin aku bisa dengan kaki ku yang lumpuh ini..
Elgy                 : apaa?? Lumpuh ?? kamu bercanda kan ??
Kiky dan noni memasuki kamar dimana Jm di rawat
Kiky & Noni   : Assalamu’alaikum...
Ayah ,ibu & kakak      : walaikumsallam...
Noni                : Jm , apa sudah membaik ??
Jm                    : sudah agak mendingan non... ki, makasih ya .. berkat perkataan mu itu membuat aku sadar akan kesalahanku .. sekarang aku ingin memperbaiki semuanya.. tapi aku lumpuh ..
Kiky                : bagus lah Jm , akhirnya kamu sadar.. jangan menyalahkan keadaan, tapi berterima kasihlah kepada keadaan yang membuatmu seperti ini .. Allah masih memberikan kesempatan kepada kamu ..
Noni                : benar Jm , seberat apapun masalah yang sedang kamu hadapi , kamu harus sabar dan tawakal menghadapinya.. mereka adalah orang tua kamu.. tanpa mereka kamu tidak ada di dunia ini..
Elgy                 : Kalian benar , kami sungguh menyesal telah menggunakan barang haram itu.. selama ini kami berada di jalan yang salah...
Vera                : Aku juga menyesal .. sebagai teman yang baik seharusnya bukan malah memberi solusi seperti itu..
Kakak              : Sudah adik-adik.. tidak ada yang perlu di sesali. Semua sudah terjadi
Ibu                   : sekarang kita perbaiki semuanya dari nol. Ayah dan ibu berjanji nak , akan lebih memperhatikan kalian ...
Ayah               : ayah janji akan selalu ada buat kalian..

Kiki, noni , elgy dan vera saling merangkul dengan rasa haru karena akhirnya Jm dan keluarganya kembali mendapatkan kasih sayang dari keluarga...

Broken home bukanlah akhir dari segalanya bagi kehidupan kita. Jalan kita masih panjang untuk menjalani hidup kita sendiri. Pergunakanlah situasi ini sebagai sarana dan media pembelajaran guna menuju kedewasaan. Ingat, kita tidak sendiri dan bukanlah orang yang gagal. Kita masih bisa berbuat banyak serta melakukan hal positif. Menjadi manusia yang lebih baik belum tentu kita dapatkan apabila ini semua tidak terjadi. Mungkin saja ini merupakan sebuah jalan baru menuju pematangan sikap dan pola berpikir kita.




Cerpen Ku

Posted by : Unknown di 00.41 1 Comments



Ayah, Kembali lah!
Karya  Risqidastia Refnadilla

Dhea , gadis mungil yang kini duduk dibangku kelas 6, SD Negeri 026 Bandung. Dengan semangat pagi menggendong tas merah dan kacamata yang selalu melekat pada matanya, dengan ramah menyapa teman-temannya. Dhea dikenal sebagai gadis yang pintar dikelasnya dengan latar belakang keluarga yang berkecukupan dan harmonis menurut pandangan teman-temannya.
“ Pagi Dhea ... “ seorang temannya menyapa dengan wajah sumringah.
“ Pagi juga Mia..” jawab Dhea dengan mencolek pipi Mia.
Dhea memang dikenal sebagai gadis periang , wajar jika teman-temannya selalu bercanda ria dengannya.
Pulang sekolah , sebuah mobil sedan Vios dengan plat nomor BM 31 FI berada diparkiran sekolah Dhea. Sesosok pria setengah baya sedang menunggu di dekat mobil itu. Hampir setengah jam menunggu akhirnya Dhea menghampiri pria itu.
“ Ayaaahh... “ teriak Dhea dari kejauhan yang kemudian berlali dan mendekati pria yang sudah dari tadi menunggu dibawah terik matahari. Ya. Ayah, sapaan Dhea terhadap ayahnya.
“ Iya, nak. Bagaimana pelajaran hari ini ? Anak ayah pasti bisa dong melewatinya.” sahut ayahnya Dhea dengan membelai lembut rambut anak satu-satunya itu.
“ Pasti dong yah, ini semua berkat do’a ayah dan ibu buat Dhea.”
“ Ya sudah , Ibu sudah menunggu di rumah, ayo masuk mobil kita pulang. “
“ Siap bos ! “ sambil meragakan tangannya seolah-olah sedang hormat bendera merah putih.
Begitu ceria nya wajah gadis berkacamata itu. Sesampainya dirumah, bergegas ia turun dari mobil dan berlalari memeluk sang ibu yang sedang menyapu halaman.
“ Eh anak kesayangan ibu sudah pulang ya ?? “ sambil menengahi pelukan yang erat itu dengan sebuah ciuman di kening Dhea.
“ Kok tumben ayah dan ibu sudah berada dirumah jam segini ? Bukankah biasanya Dhea lebih awal pulang daripada ayah dan ibu ? “ tanya Dhea dengan penuh keheranan.
“ Memangnya ayah dan ibu nggak boleh pulang ke rumah ya sayang ? Ya udah ayah pergi deh. Ayo bu kita pergi.. “ jawab ayah dengan penuh canda.
“ Ih ayah ini, Dhea hanya bercanda tau. “ sahut Dhea lagi dengan penuh ledekan.

Keesokan harinya , Dhea pulang sekolah tidak dijemput oleh ayahnya. Maklum, ayah Dhea selalu sibuk, hanya jika sedang ada waktu luang saja untuk menjemput Dhea. Akhirnya Dhea dijemput oleh supirnya. Namun, wajah Dhea tampak biasa saja dan tanpa beban. Meskipun terbesit dihatinya rasa iri terhadap teman-temannya yang setiap hari dijemput oleh orang tua nya.

Sesampai dirumah , di kamar Dhea ,ia mendapati sebatang coklat Silver Queen dan sebuah kado mungil dengan kartu ucapan tergeletak di tempat tiduranya


“ Selamat ulang tahun anak ayah ,
semoga selalu menjadi kebanggaan ayah dan ibu ,
semoga kelak Dhea menjadi orang yang berguna bagi siapapun “

By : Ayah

“ Terimakasih ayah, karena ayah sudah ingat ulang tahun Dhea. Dhea sayang ayah.” Sambil meneteskan air mata haru membuka kado itu, sebuah kotak musik dari ayah untuk Dhea..
Sebelum senja terbenam ibu Dhea sudah tiba dirumahnya dengan membawa sebuah kado besar, lalu mengetuk pintu. Saat Dhea membukanya, tiba-tiba...

“ Happy birthday anak ibu tersayang.” dengan rasa penuh kasih ibu memberi ucapan ulang tahun kepada Dhea.
“ Ibuuu…. “ tanpa basa basi Dhea langsung memeluk ibunya
“ Terimakasih ibu, Dhea sayang sama ibu”
“ Iya nak,ibu juga sayang sekali sama Dhea,ini buat Dhea semoga kamu suka ya nak.” sambil memberikan kado yang dibungkus kertas berwarna hijau itu kepada Dhea.”

Tak lama kemudian ayah Dhea pulang.
“ Hai, anak ayah. Dimana kamu cantik ?”
“ Ayaaahhh….” segera Dhea berlari memeluk ayahnya.
“ Selamat ulang tahun anak manisku.”
“ Ayah, ayah. Dhea mau hadiah dari ayah.” Pinta Dhea
“ Apa sih? Anak ayah yang manis ini mau minta apa ?”
“ Dhea mau sepeda baru yah..”
“ Oke bos, mari kita kabulkan permintaan putri ayah ini.” Jawab ayah penuh canda.

Ayah dan Dhea segera pergi ke toko sepeda untuk membelikan Dhea sepeda baru sebagai hadiah ulang tahunnya. Sampai di rumah Dhea mencoba sepeda barunya. Ia berkeliling kompleks rumahnya. Dan ayahnya kembali ke kantor.

Matahari mulai beristirahat dan bergantilah sang bulan , dengan sahutan suara jangkrik menandakan malam hari, namun ayah Dhea belum juga pulang.

            “ Sudah hampir gelap bu, tapi ayah belum pulang juga..” kata Dhea dengan penuh tanya.
            “ Mungkin sebentar lagi sayang , Dhea kalau sudah lapar makan saja duluan , nak.” Jawab ibu dengan kasihan melihat anak semata wayangnya menunggu ayahnya pulang.
            “ Tidak bu, Dhea mau tunggu ayah sampai pulang. “

           
 Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB , tapi ayah Dhea belum kunjung datang. Tak biasanya ayah Dhea pulang malam seperti ini. Dhea yang sudah menunggu ayahnya untuk makan malam pun akhirnya tertidur di meja makan. Ibu segera menggendongnya dan menidurkannya di kamar Dhea. Walau sebenarnya terbesit di hati ibu rasa kekhawatirannya terhadap suami tercintanya itu.

            Kicau burung pagi membangunkan Dhea dari tidurnya. Akan tetapi yang ia tuju saat itu adalah kamar orangtuanya. Saat membuka pintu, tak didapatinya seorang pun.
            “ Eh anak ibu sudah bangun.. “ sambil meletakkan sarapan pagi untuk Dhea.
            “ Bu, ayah kemana ? Belum pulang juga ya dari semalam bu ? tanya Dhea dengan wajah lesu.
            “ Sudah nak , tapi pagi-pagi sekali ayah sudah pergi lagi, katanya ada urusan lagi. “ Sambil merangkul anak gadisnya itu.
            “ Tapi bu, tak biasanya ayah seperti ini..” sahut Dhea di iringi air mata.
“ Mungkin ayah benar-benar ada keperluan , nak. Sudah anak ibu tidak boleh bersedih hati ya.” Kata ibu berusaha menenangkan anak gadisnya.
“ Baiklah bu, kalau begitu Dhea bersiap-siap ke sekolah ya bu.”sahut Dhea dengan penuh kesedihan.

Di sekolah Dhea terlihat seperti biasanya , dia mampu menyembunyikan kesedihan hatinya. Benar-benar gadis yang tegar. Sepulang sekolah , dengan lamban Dhea melangkahkan kakinya ke arah parkiran. Tak ia sadari mobil ayahnya berada diparkiran segeralah Dhea berlari menghampiri mobil itu. Sungguh , di luar dugaan gadis berhidung mancung itu,ternyata ayahnya datang menjemput Dhea.

“ Ayah... Dhea rindu ayah.” Sambil memeluk ayahnya.
“ Iya, nak. Ayah juga rindu Dhea.”

Dalam hati Dhea terbesit oleh sebuah keheranan , ayahnya tiba-tiba bersikap dingin terhadap Dhea. Tanpa banyak tanya soal pelajaran di sekolah Dhea ayah langsung masuk mobil, tanpa membukakan pintu untuk Dhea juga. Sepanjang perjalanan Dhea hanya bisa diam melihat ayahnya yang sudah berubah dingin terhadap Dhea itu. Akhirnya Dhea membuka pembicaraan yang sedari tadi sunyi tanpa suara.

“ Ayah, Dhea ada salah ya sama ayah?” tanya Dhea dengan rasa ragu.
“ Tidak nak, “ jawab ayah.
“ Lalu , kenapa ayah berbeda dari biasanya ? “
“ Anak ayah ngomong apa sih ? ada- ada saja kamu ini nak. “

Kemudian Dhea terdiam , mencoba mengerti keadaan ayahnya. Mungkin sedang ada masalah kerjaan atau dengan client kerjanya. Dhea terus menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya.

“ Ah sudahlah mungkin aku yang harus bisa memahami isi hati ayah.” Kata Dhea dalam hati.

Saat Dhea ingin memutar musik, ia mengambil kaset di laci mobilnya itu. Namun saat ia hendak mengambil, ia mendapati sebuah gelang milik perempuan.
“ Rasanya , ibu tak pernah mempunyai gelang semacam ini??”
“ Ayah, gelang siapa ini ??” tanya Dhea kepada ayahnya.
“ Ayah tidak tahu nak. “ jawab ayah
“ Kalau ayah tidak tahu kenapa gelang ini ada dimobil ayah.” Tanya Dhea lagi.
“ Ayah sudah bilang ayah tidak tahu. Tolong nak ayah sedang mengemudi jangan tanyakan hal tak penting pada ayah.” Jawab ayahnya.

Tersentak hati Dhea mendengar jawaban dari sang ayah. Ayah memang benar-benar berubah. Sebelumnya tak pernah ayah membentak Dhea seperti ini. Kejadian itu membuat Dhea semakin terpukul.
Sesampainya dirumah, Dhea mendapati sang ibu sedang menangis di kamar.

“ Ibu kenapa menangis bu ? Siapa yang membuat ibu menangis?” Tanya Dhea cemas.
“ Ibu tidak apa-apa ,nak. Dhea ganti baju gih.” Sambil mengusap air matanya, seolah-olah Dhea tak boleh mengetahui penyebab air matanya keluar, mungkin karena Dhea masih terlalu kecil untuk mengetahui semua ini.

Dhea masih berdiam diri di kamar , ia benar-benar semakin dibuat bingung oleh semuanya. Mulai dari kejadian di mobil ayahnya sampai mendapati sang ibu tercinta menangis. Padahal , lusa Dhea akan menghadapi ujian semester.

Hari berganti. Pagi-pagi sekali Dhea bersiap-siap untuk berangkat sekolah, ketika ia keluar dari kamar, Dhea sangat terkejut melihat sang ayah tidur terpisah dengan ibu. Ayah tidur disofa ruang keluarga sedangkan ibu tetap berada dikamarnya. Pikiran Dhea semakin kacau. Belum hilang ia memikirkan kejadian kemarin, sudah ditambah lagi kejadian pagi hari ini. “Apa yang sebenarnya terjadi kepada keluargaku ?” tanya hati kecil Dhea.

Dikelas, suasana hiruk pikuk menyelimuti kelas 6 SD Negeri 026. Murid-murid saling melempari kertas , ada yang bercerita, ada yang bermain kelereng, serta bermacam-macam perilakunya. Namun, tidak pada Dhea. Ia terlihat sedih dan lemas. Matanya sayu, pandangannya entah tertuju kemana. Kali ini, Dhea tidak mampu menutupi kesedihan yang dirasakan. Seorang teman Dhea menghampiri.

“ Dhea, kamu kenapa ? tidak seperti biasanya .” tanya salah seorang temannya.
“ Aku tidak apa-apa , hanya saja sedikit tidak enak badan. “ jawab Dhea
“ Kamu sakit? “
“ Entahlah.” Jawab Dhea cetus dan langsung meninggalkan temannya itu.

Sepulang sekolah , ketika Dhea baru saja sampai di rumah. Dhea mendengar ada pertengkaran di kamar ayah dan ibunya. Segeralah Dhea menuju kamar itu, tapi ia tidak masuk melainkan mendengarkan apa yang mereka ributkan.
“ Jelas-jelas ibu melihat ayah bersama wanita itu. Ayah bilang bukan ?” kata ibu sambil menangis.
“ Wanita mana? Dia kebetulan numpang mobil ayah.” Jawab ayah dengan nada keras.
“ Bohong !! Kalau tidak ada hubungan apa-apa lalu kenapa handphone ayah setiap ibu pegang ayah cepat-cepat merebut kembali. “ kata ibu
“ Sudahlah, yang jelas ayah tidak ada berhubungan dengan wanita itu.” Jawab ayah.

Hati Dhea ikut menangis mendengar pertengkaran yang terjadi di keluarganya.
“ Jadi , ini penyebab semuanya. Benarkah ayah mempunyai wanita lain selain ibu ?” kata Dhea pelan.

Malam harinya, Dhea ingin tidur bersama orang tuanya. Saat ia membuka pintu kamar, ia melihat ayah tidur dilantai sedangkan ibu tidur di ranjang. Hati Dhea sebenarnya sangat sakit melihat keadaan orang tuanya.
Perlahan Dhea mendekati sang ayah yang sedang terlelap tidur, kemudian ia  membaringkan tubuhnya disamping ayah. Tanpa maksud apa-apa Dhea mengambil handphone yang tergeletak disamping ayahnya itu. Dengan tanpa sengaja Dhea mendapati foto ayah bersama wanita lain. Terkejutlah Dhea sambil mengeluarkan air matanya. Tak tahan dengan apa yang dilihat, Dhea segera membangunkan sang ibu.

“ Ibu, ibu .. Bangun bu.. “ dengan suara berbisik.
“ Apa nak ?? “ nada mengantuk.
“ Ibu lihat ini?? Siapa wanita itu bu ?” sambil menyodorkan handphone sang ayah ke arah ibunya.
Sang ibu terdiam tanpa kata. Seketika itu air matanya keluar membasahi pipi cantiknya. Tak kuasa Dhea melihat ibunya menangis, air mata Dhea pun ikut keluar.
“ Ibu , maafkan Dhea bu, Dhea tidak bermaksud membuat ibu sedih. Dhea sama sekali nggak percaya bu, ayah setega itu. “ kata Dhea diiringi tangisan.
“ Sudah nak, jangan kamu pikirkan. Tugas kamu adalah sekolah, menuntut ilmu. Semua akan baik-baik saja nak, percayalah pada Allah. “ jawab ibu penuh nasehat.

Tak lama mendengar isak tangis seorang ibu dan anaknya, ayah pun terbangun. Seketika itu ayah terkejut handphone nya berada di tangan ibu. Sontak, ayah merebut handphone nya dari tangan ibu.


“ Ayah, siapa wanita di handphone ayah ?? Mengapa ayah dan dia terlihat mesra yah ? Jawab yah. Ayah sadar ? Ayah telah membuat ibu menangis seperti ini. Ayah telah melukai hati ibu, termasuk Dhea. Mana ayah yang dulu? Dimana keluarga kita yang harmonis yah. Mana ? “ dengan kesal Dhea berbicara kepada ayahnya.

 “Ini tidak seperti yang kalian lihat.”
Tanpa banyak berbicara dan memberi penjelasan ayah segera pergi keluar kamar, mengambil kunci mobil dan pergi entah kemana. Ibu yang sedari tadi menangis , hanya bisa terdiam melihat sikap sang suami yang dicintainya berubah.
“ Ibu , lebih baik kita shalat tahajjud bu. Supaya kita bisa tenang menghadapi ini semua bu, dan semoga Allah memberi jalan terang bagi keluarga kita. “ Dhea berusaha menenangkan hati sang ibu tercinta.

Pada tengah malam itu juga Dhea dan ibunya melaksanakan shalat tahajud. Terlihat wajah sang ibu yang kian sedih memohon petunjuk kepada sang peencipta atas musibah yang menimpa keluarganya.

Selepas shalat, Dhea tidak bisa memejamkan matanya. Ia terus menangis dan menangis. Dengan menatap wajah sang ibu yang sudah terlelap, hati Dhea semakin menjerit. “Badai apa yang sedang menimpa keluargaku ya Allah ? ”

Esoknya Dhea tidak masuk sekolah karena sakit. Wajar saja, gadis seusia Dhea harus menghadapi kenyataan yang seharusnya tak dialaminya. Dhea hanya bisa terbaring di tempat tidurnya, sesekali ibunya mengganti handuk sebagai pengompres kepala Dhea.

Terbesit sebuah tanya dihati Dhea.
“ Ya tuhan , kenapa harus ibuku yang menanggung semua ini ? Kenapa wanita setia seperti ibu di khianati oleh pria yang ia cintai. Betapa sakitnya Ya Allah.

Tiga hari kemudian, Dhea menghadapi ujian semester ganjil. Hari demi hari Dhea lewati hingga akhirnya sampai pada puncak pengumuman hasil belajar selama satu semester. Akan tetapi, kali ini hasil Dhea tidak seperti yang diharapkan. Prestasi Dhea menurun drastis. Semester lalu, Dhea mendapat peringkat pertama, tapi kali ini Dhea hanya mendapat peringkat ke lima. Dhea tidak menyangka kalau ia akan mendapatkan peringkat ke lima.
“ Ayah dan ibu pasti kecewa melihat hasil belajarku.” Dengan perasaan sedih.

Sesampainya di rumah.
“ Anak ibu sudah pulang ? Bagaimana nak dengan hasil belajar kamu satu semester ini? Tanya ibu dengan senyum
“ Dhea dapat peringkat 5 bu .. “ menjawab tanpa semangat.
“ Lain kali Dhea harus belajar yang sungguh-sungguh ya nak? Karena nggak lama lagi penentuan kelulusan. “ jawab ibu berusaha menenangkan anaknya.
“ Iya bu,Dhea akan merubah cara belajar Dhea. “

Ibu memaklumi atas prestasi Dhea di sekolah. Mungkin karena keadaan keluarga yang semakin pudar keharmonisan.

Libur semester, Dhea lebih sering berada dirumah. Meskipun teman-teman Dhea pergi berlibur , tapi ia hanya menghabiskan waktunya di depan TV.

Suatu hari, ayah Dhea pulang lebih awal. Ketika itu Dhea sedang menyapu halaman. Dengan bersikap saling dingin, ayah melewati Dhea begitu saja. Jangankan untuk memeluknya , untuk menyapa Dhea saja enggan. Dhea hanya mampu menarik nafas dan bersabar menghadapi ayahnya itu. Selesai menyapu, Dhea hendak menghidupkan TV kemudian suara handphone ayah berdering, bergegas Dhea membuka SMS itu, ternyata isi SMS itu dari wanita itu. Tiba-tiba dari belakang ayah merebut handphone nya dari Dhea.

“ Lain kali , jangan membuka handphone ayah sembarangan ya ?” kata ayah
“ Maaf yah.” Jawab Dhea ketus.

Kemudian Dhea berlari ke taman belakang rumah menemui ibunya.
“ Ibuuuu…” sambil menangis Dhea memeluk ibunya yang sedang menyiram bunga.
“ Kamu kenapa sayang ? Mengapa kamu menangis ?” tanya ibu cemas
“ Ibu, Dhea rindu sama ayah yang dulu, Dhea rindu pelukan ayah bu. Dhea rindu diperhatiin ayah. “ jawab Dhea dengan isak tangis.
“ Nak, dengar ibu sayang. Setiap manusia diberi cobaan oleh Allah. Ya mungkin ini adalah sebuah cobaan buat keluarga. Seberapa kuat sih iman kita nak ? Seberapa sabar kita menghadapi ini semua ? Allah selalu memberi cobaan dalam batas kemampuan kita. Jadi, kita harus bisa melewati ini semua. “ dengan memeluk Dhea yang sedang menangis.

Setahun berlalu, kini Dhea telah duduk dibangku SMP. Teringat akan semua kenangan manis setahun silam antara Ayah , ibu dan Dhea . Namun, semua telah berubah. Kini ayah telah berbeda.

Hari ini adalah hari ulang tahun Dhea. Tak ada yang spesial kali ini. Setidaknya ibu masih ingat terhadap ulang tahun Dhea. Kali ini ibu memberikan Dhea kue tart sebagai hadiah ulang tahunnya.

“ Terimakasih ibu. Dhea sayang sama ibu.” Sembari memeluk ibu.
“ Ibu juga sayang dengan Dhea.” Semakin erat ibu memeluk.

Tak lama, ayah Dhea datang. Namun, tanpa berkata apa-apa ayah langsung masuk kamar.
“ Bu, Dhea rindu ayah ngucapin selamat ulang tahun. Dhea juga rindu ayah kasih coklat dan kado ke Dhea. Mungkin, Dhea nggak akan dapat semua itu tahun ini , melainkan tahun depan bu. “ kata Dhea berusaha berfikir positif.
“ Iya nak. Semoga ayah segera sadar ya sayang. Jangan berhenti berdo’a kepada Allah.

Hari demi hari , bulan demi bulan mereka lalui tanpa ada kata untuk menyerah atas sulitnya kehidupan mereka. Ditambah lagi perusahaan ayah yang mengalami krisis. Semakin sulit keadaan ekonomi keluarga Dhea. Belum lagi , ayah dihimpit oleh hutang-hutangnya. Sampai pada akhirnya , ayah jatuh sakit. Tapi, dengan penuh kasih sayang ibu merawat ayah.

Kondisi ayah semakin buruk. Dhea dan ibu sangat khawatir. Hingga akhirnya ayah dirujuk ke rumah sakit. Ayah di diagnosa menderita penyakit jantung. Selama berhari-hari ayah dirawat dirumah sakit. Tanpa henti-hentinya Dhea dan ibu mendo’akan kesembuhan sang ayah agar bisa berkumpul kembali bersama keluarganya.

Dengan keadaan ekonomi yang semakin sulit, akhirnya ibu dan Dhea sepakat menjual mobil demi kesembuhan ayah. Setelah akhirnya hampir dua minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya ayah diperbolehkan pulang, meskipun belum sepenuhnya sembuh.

Di rumah ,ibu merawat sang ayah dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Begitu juga dengan Dhea. Tak peduli kesalahan apa yang telah diperbuat ayah kepada mereka, luka apa yang telah ayah beri kepada mereka, tapi mereka tetap menyanyangi ayah.

Dengan penuh penyesalan, ayah meminta maaf kepada ibu dan Dhea karena telah melukai hati istri dan anak tercintanya itu. Kini mereka menciptakan keharmonisan yang pernah sempat pudar. Tak perlu kemewahan, dengan kesederhanaan mereka saja sudah sangat bahagia bisa berkumpul kembali.

“ Terimakasih ya Allah, engkau kembalikan ayah kepada kami. Tak perlu kemewahan untuk kebahagiaan tapi dengan kelengkapan keluarga , hidup kami serasa lebih baik. “ Lantunan do’a dari bibir Dhea.