Posted by :
Unknown
di
00.41
Ayah,
Kembali lah!
Karya Risqidastia Refnadilla
Dhea
, gadis mungil yang kini duduk dibangku kelas 6, SD Negeri 026 Bandung. Dengan semangat
pagi menggendong tas merah dan kacamata yang selalu melekat pada matanya,
dengan ramah menyapa teman-temannya. Dhea dikenal sebagai gadis yang pintar dikelasnya
dengan latar belakang keluarga yang berkecukupan dan harmonis menurut pandangan
teman-temannya.
“
Pagi Dhea ... “ seorang temannya menyapa dengan wajah sumringah.
“
Pagi juga Mia..” jawab Dhea dengan mencolek pipi Mia.
Dhea
memang dikenal sebagai gadis periang , wajar jika teman-temannya selalu
bercanda ria dengannya.
Pulang
sekolah , sebuah mobil sedan Vios dengan plat nomor BM 31 FI berada diparkiran
sekolah Dhea. Sesosok pria setengah baya sedang menunggu di dekat mobil itu.
Hampir setengah jam menunggu akhirnya Dhea menghampiri pria itu.
“
Ayaaahh... “ teriak Dhea dari kejauhan yang kemudian berlali dan mendekati pria
yang sudah dari tadi menunggu dibawah terik matahari. Ya. Ayah, sapaan Dhea
terhadap ayahnya.
“
Iya, nak. Bagaimana pelajaran hari ini ? Anak ayah pasti bisa dong
melewatinya.” sahut ayahnya Dhea dengan membelai lembut rambut anak
satu-satunya itu.
“
Pasti dong yah, ini semua berkat do’a ayah dan ibu buat Dhea.”
“
Ya sudah , Ibu sudah menunggu di rumah, ayo masuk mobil kita pulang. “
“
Siap bos ! “ sambil meragakan tangannya seolah-olah sedang hormat bendera merah
putih.
Begitu
ceria nya wajah gadis berkacamata itu. Sesampainya dirumah, bergegas ia turun
dari mobil dan berlalari memeluk sang ibu yang sedang menyapu halaman.
“
Eh anak kesayangan ibu sudah pulang ya ?? “ sambil menengahi pelukan yang erat
itu dengan sebuah ciuman di kening Dhea.
“
Kok tumben ayah dan ibu sudah berada dirumah jam segini ? Bukankah biasanya
Dhea lebih awal pulang daripada ayah dan ibu ? “ tanya Dhea dengan penuh
keheranan.
“
Memangnya ayah dan ibu nggak boleh pulang ke rumah ya sayang ? Ya udah ayah
pergi deh. Ayo bu kita pergi.. “ jawab ayah dengan penuh canda.
“
Ih ayah ini, Dhea hanya bercanda tau. “ sahut Dhea lagi dengan penuh ledekan.
Keesokan
harinya , Dhea pulang sekolah tidak dijemput oleh ayahnya. Maklum, ayah Dhea
selalu sibuk, hanya jika sedang ada waktu luang saja untuk menjemput Dhea.
Akhirnya Dhea dijemput oleh supirnya. Namun, wajah Dhea tampak biasa saja dan
tanpa beban. Meskipun terbesit dihatinya rasa iri terhadap teman-temannya yang
setiap hari dijemput oleh orang tua nya.
Sesampai
dirumah , di kamar Dhea ,ia mendapati sebatang coklat Silver Queen dan sebuah
kado mungil dengan kartu ucapan tergeletak di tempat tiduranya
“
Selamat ulang tahun anak ayah ,
semoga
selalu menjadi kebanggaan ayah dan ibu ,
semoga
kelak Dhea menjadi orang yang berguna bagi siapapun “
By : Ayah
“
Terimakasih ayah, karena ayah sudah ingat ulang tahun Dhea. Dhea sayang ayah.”
Sambil meneteskan air mata haru membuka kado itu, sebuah kotak musik dari ayah
untuk Dhea..
Sebelum senja terbenam ibu Dhea sudah tiba dirumahnya
dengan membawa sebuah kado besar, lalu mengetuk pintu. Saat Dhea membukanya,
tiba-tiba...
“ Happy birthday anak ibu tersayang.” dengan rasa
penuh kasih ibu memberi ucapan ulang tahun kepada Dhea.
“ Ibuuu…. “ tanpa basa basi Dhea langsung memeluk
ibunya
“ Terimakasih ibu, Dhea sayang sama ibu”
“ Iya nak,ibu juga sayang sekali sama Dhea,ini buat
Dhea semoga kamu suka ya nak.” sambil memberikan kado yang dibungkus kertas
berwarna hijau itu kepada Dhea.”
Tak lama kemudian ayah Dhea pulang.
“ Hai, anak ayah. Dimana kamu cantik ?”
“ Ayaaahhh….” segera Dhea berlari memeluk ayahnya.
“ Selamat ulang tahun anak manisku.”
“ Ayah, ayah. Dhea mau hadiah dari ayah.” Pinta Dhea
“ Apa sih? Anak ayah yang manis ini mau minta apa ?”
“ Dhea mau sepeda baru yah..”
“ Oke bos, mari kita kabulkan permintaan putri ayah
ini.” Jawab ayah penuh canda.
Ayah dan Dhea segera pergi ke toko sepeda untuk
membelikan Dhea sepeda baru sebagai hadiah ulang tahunnya. Sampai di rumah Dhea
mencoba sepeda barunya. Ia berkeliling kompleks rumahnya. Dan ayahnya kembali
ke kantor.
Matahari mulai beristirahat dan bergantilah sang bulan
, dengan sahutan suara jangkrik menandakan malam hari, namun ayah Dhea belum juga
pulang.
“ Sudah hampir gelap bu, tapi ayah belum pulang juga..”
kata Dhea dengan penuh tanya.
“ Mungkin sebentar lagi sayang , Dhea kalau sudah lapar
makan saja duluan , nak.” Jawab ibu dengan kasihan melihat anak semata
wayangnya menunggu ayahnya pulang.
“ Tidak bu, Dhea mau tunggu ayah sampai pulang. “
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB , tapi
ayah Dhea belum kunjung datang. Tak biasanya ayah Dhea pulang malam seperti
ini. Dhea yang sudah menunggu ayahnya untuk makan malam pun akhirnya tertidur
di meja makan. Ibu segera menggendongnya dan menidurkannya di kamar Dhea. Walau
sebenarnya terbesit di hati ibu rasa kekhawatirannya terhadap suami tercintanya
itu.
Kicau burung pagi membangunkan Dhea dari tidurnya. Akan
tetapi yang ia tuju saat itu adalah kamar orangtuanya. Saat membuka pintu, tak
didapatinya seorang pun.
“ Eh anak ibu sudah bangun.. “ sambil meletakkan sarapan
pagi untuk Dhea.
“ Bu, ayah kemana ? Belum pulang juga ya dari semalam bu
? tanya Dhea dengan wajah lesu.
“ Sudah nak , tapi pagi-pagi sekali ayah sudah pergi
lagi, katanya ada urusan lagi. “ Sambil merangkul anak gadisnya itu.
“ Tapi bu, tak biasanya ayah seperti ini..” sahut Dhea di
iringi air mata.
“ Mungkin ayah benar-benar ada keperluan , nak. Sudah
anak ibu tidak boleh bersedih hati ya.” Kata ibu berusaha menenangkan anak
gadisnya.
“ Baiklah bu, kalau begitu Dhea bersiap-siap ke
sekolah ya bu.”sahut Dhea dengan penuh kesedihan.
Di sekolah Dhea terlihat seperti biasanya , dia mampu
menyembunyikan kesedihan hatinya. Benar-benar gadis yang tegar. Sepulang
sekolah , dengan lamban Dhea melangkahkan kakinya ke arah parkiran. Tak ia
sadari mobil ayahnya berada diparkiran segeralah Dhea berlari menghampiri mobil
itu. Sungguh , di luar dugaan gadis berhidung mancung itu,ternyata ayahnya
datang menjemput Dhea.
“
Ayah... Dhea rindu ayah.” Sambil memeluk ayahnya.
“
Iya, nak. Ayah juga rindu Dhea.”
Dalam
hati Dhea terbesit oleh sebuah keheranan , ayahnya tiba-tiba bersikap dingin terhadap
Dhea. Tanpa banyak tanya soal pelajaran di sekolah Dhea ayah langsung masuk
mobil, tanpa membukakan pintu untuk Dhea juga. Sepanjang perjalanan Dhea hanya
bisa diam melihat ayahnya yang sudah berubah dingin terhadap Dhea itu. Akhirnya
Dhea membuka pembicaraan yang sedari tadi sunyi tanpa suara.
“
Ayah, Dhea ada salah ya sama ayah?” tanya Dhea dengan rasa ragu.
“
Tidak nak, “ jawab ayah.
“
Lalu , kenapa ayah berbeda dari biasanya ? “
“
Anak ayah ngomong apa sih ? ada- ada saja kamu ini nak. “
Kemudian
Dhea terdiam , mencoba mengerti keadaan ayahnya. Mungkin sedang ada masalah
kerjaan atau dengan client kerjanya. Dhea terus menerka-nerka apa yang
sebenarnya terjadi kepada ayahnya.
“
Ah sudahlah mungkin aku yang harus bisa memahami isi hati ayah.” Kata Dhea
dalam hati.
Saat
Dhea ingin memutar musik, ia mengambil kaset di laci mobilnya itu. Namun saat
ia hendak mengambil, ia mendapati sebuah gelang milik perempuan.
“
Rasanya , ibu tak pernah mempunyai gelang semacam ini??”
“
Ayah, gelang siapa ini ??” tanya Dhea kepada ayahnya.
“
Ayah tidak tahu nak. “ jawab ayah
“
Kalau ayah tidak tahu kenapa gelang ini ada dimobil ayah.” Tanya Dhea lagi.
“
Ayah sudah bilang ayah tidak tahu. Tolong nak ayah sedang mengemudi jangan
tanyakan hal tak penting pada ayah.” Jawab ayahnya.
Tersentak
hati Dhea mendengar jawaban dari sang ayah. Ayah memang benar-benar berubah.
Sebelumnya tak pernah ayah membentak Dhea seperti ini. Kejadian itu membuat
Dhea semakin terpukul.
Sesampainya
dirumah, Dhea mendapati sang ibu sedang menangis di kamar.
“
Ibu kenapa menangis bu ? Siapa yang membuat ibu menangis?” Tanya Dhea cemas.
“
Ibu tidak apa-apa ,nak. Dhea ganti baju gih.” Sambil mengusap air matanya,
seolah-olah Dhea tak boleh mengetahui penyebab air matanya keluar, mungkin
karena Dhea masih terlalu kecil untuk mengetahui semua ini.
Dhea
masih berdiam diri di kamar , ia benar-benar semakin dibuat bingung oleh
semuanya. Mulai dari kejadian di mobil ayahnya sampai mendapati sang ibu
tercinta menangis. Padahal , lusa Dhea akan menghadapi ujian semester.
Hari
berganti. Pagi-pagi sekali Dhea bersiap-siap untuk berangkat sekolah, ketika ia
keluar dari kamar, Dhea sangat terkejut melihat sang ayah tidur terpisah dengan
ibu. Ayah tidur disofa ruang keluarga sedangkan ibu tetap berada dikamarnya.
Pikiran Dhea semakin kacau. Belum hilang ia memikirkan kejadian kemarin, sudah
ditambah lagi kejadian pagi hari ini. “Apa yang sebenarnya terjadi kepada
keluargaku ?” tanya hati kecil Dhea.
Dikelas,
suasana hiruk pikuk menyelimuti kelas 6
SD Negeri 026. Murid-murid saling melempari kertas , ada yang bercerita, ada
yang bermain kelereng, serta bermacam-macam perilakunya. Namun, tidak pada
Dhea. Ia terlihat sedih dan lemas. Matanya sayu, pandangannya entah tertuju
kemana. Kali ini, Dhea tidak mampu menutupi kesedihan yang dirasakan. Seorang
teman Dhea menghampiri.
“
Dhea, kamu kenapa ? tidak seperti biasanya .” tanya salah seorang temannya.
“
Aku tidak apa-apa , hanya saja sedikit tidak enak badan. “ jawab Dhea
“
Kamu sakit? “
“
Entahlah.” Jawab Dhea cetus dan langsung meninggalkan temannya itu.
Sepulang
sekolah , ketika Dhea baru saja sampai di rumah. Dhea mendengar ada
pertengkaran di kamar ayah dan ibunya. Segeralah Dhea menuju kamar itu, tapi ia
tidak masuk melainkan mendengarkan apa yang mereka ributkan.
“
Jelas-jelas ibu melihat ayah bersama wanita itu. Ayah bilang bukan ?” kata ibu
sambil menangis.
“
Wanita mana? Dia kebetulan numpang mobil ayah.” Jawab ayah dengan nada keras.
“
Bohong !! Kalau tidak ada hubungan apa-apa lalu kenapa handphone ayah setiap
ibu pegang ayah cepat-cepat merebut kembali. “ kata ibu
“
Sudahlah, yang jelas ayah tidak ada berhubungan dengan wanita itu.” Jawab ayah.
Hati
Dhea ikut menangis mendengar pertengkaran yang terjadi di keluarganya.
“
Jadi , ini penyebab semuanya. Benarkah ayah mempunyai wanita lain selain ibu ?”
kata Dhea pelan.
Malam
harinya, Dhea ingin tidur bersama orang tuanya. Saat ia membuka pintu kamar, ia
melihat ayah tidur dilantai sedangkan ibu tidur di ranjang. Hati Dhea
sebenarnya sangat sakit melihat keadaan orang tuanya.
Perlahan Dhea mendekati sang ayah yang sedang terlelap
tidur, kemudian ia membaringkan tubuhnya
disamping ayah. Tanpa maksud apa-apa Dhea mengambil handphone yang tergeletak
disamping ayahnya itu. Dengan tanpa sengaja Dhea mendapati foto ayah bersama
wanita lain. Terkejutlah Dhea sambil mengeluarkan air matanya. Tak tahan dengan
apa yang dilihat, Dhea segera membangunkan sang ibu.
“ Ibu, ibu .. Bangun bu.. “ dengan suara berbisik.
“ Apa nak ?? “ nada mengantuk.
“ Ibu lihat ini?? Siapa wanita itu bu ?” sambil
menyodorkan handphone sang ayah ke arah ibunya.
Sang ibu terdiam tanpa kata. Seketika itu air matanya
keluar membasahi pipi cantiknya. Tak kuasa Dhea melihat ibunya menangis, air
mata Dhea pun ikut keluar.
“ Ibu , maafkan Dhea bu, Dhea tidak bermaksud membuat
ibu sedih. Dhea sama sekali nggak percaya bu, ayah setega itu. “ kata Dhea
diiringi tangisan.
“ Sudah nak, jangan kamu pikirkan. Tugas kamu adalah
sekolah, menuntut ilmu. Semua akan baik-baik saja nak, percayalah pada Allah. “
jawab ibu penuh nasehat.
Tak lama mendengar isak tangis seorang ibu dan
anaknya, ayah pun terbangun. Seketika itu ayah terkejut handphone nya berada di
tangan ibu. Sontak, ayah merebut handphone nya dari tangan ibu.
“ Ayah, siapa wanita di handphone ayah ?? Mengapa ayah
dan dia terlihat mesra yah ? Jawab yah. Ayah sadar ? Ayah telah membuat ibu
menangis seperti ini. Ayah telah melukai hati ibu, termasuk Dhea. Mana ayah
yang dulu? Dimana keluarga kita yang harmonis yah. Mana ? “ dengan kesal Dhea
berbicara kepada ayahnya.
“Ini tidak
seperti yang kalian lihat.”
Tanpa banyak berbicara dan memberi penjelasan ayah
segera pergi keluar kamar, mengambil kunci mobil dan pergi entah kemana. Ibu
yang sedari tadi menangis , hanya bisa terdiam melihat sikap sang suami yang
dicintainya berubah.
“ Ibu , lebih baik kita shalat tahajjud bu. Supaya
kita bisa tenang menghadapi ini semua bu, dan semoga Allah memberi jalan terang
bagi keluarga kita. “ Dhea berusaha menenangkan hati sang ibu tercinta.
Pada tengah malam itu juga Dhea dan ibunya
melaksanakan shalat tahajud. Terlihat wajah sang ibu yang kian sedih memohon
petunjuk kepada sang peencipta atas musibah yang menimpa keluarganya.
Selepas shalat, Dhea tidak bisa memejamkan matanya. Ia
terus menangis dan menangis. Dengan menatap wajah sang ibu yang sudah terlelap,
hati Dhea semakin menjerit. “Badai apa yang sedang menimpa keluargaku ya Allah
? ”
Esoknya Dhea tidak masuk sekolah karena sakit. Wajar
saja, gadis seusia Dhea harus menghadapi kenyataan yang seharusnya tak
dialaminya. Dhea hanya bisa terbaring di tempat tidurnya, sesekali ibunya
mengganti handuk sebagai pengompres kepala Dhea.
Terbesit sebuah tanya dihati Dhea.
“ Ya tuhan , kenapa harus ibuku yang menanggung semua
ini ? Kenapa wanita setia seperti ibu di khianati oleh pria yang ia cintai.
Betapa sakitnya Ya Allah.
Tiga hari kemudian, Dhea menghadapi ujian semester
ganjil. Hari demi hari Dhea lewati hingga akhirnya sampai pada puncak
pengumuman hasil belajar selama satu semester. Akan tetapi, kali ini hasil Dhea
tidak seperti yang diharapkan. Prestasi Dhea menurun drastis. Semester lalu,
Dhea mendapat peringkat pertama, tapi kali ini Dhea hanya mendapat peringkat ke
lima. Dhea tidak menyangka kalau ia akan mendapatkan peringkat ke lima.
“ Ayah dan ibu pasti kecewa melihat hasil belajarku.”
Dengan perasaan sedih.
Sesampainya di rumah.
“ Anak ibu sudah pulang ? Bagaimana nak dengan hasil
belajar kamu satu semester ini? Tanya ibu dengan senyum
“ Dhea dapat peringkat 5 bu .. “ menjawab tanpa
semangat.
“ Lain kali Dhea harus belajar yang sungguh-sungguh ya
nak? Karena nggak lama lagi penentuan kelulusan. “ jawab ibu berusaha
menenangkan anaknya.
“ Iya bu,Dhea akan merubah cara belajar Dhea. “
Ibu memaklumi atas prestasi Dhea di sekolah. Mungkin
karena keadaan keluarga yang semakin pudar keharmonisan.
Libur semester, Dhea lebih sering berada dirumah.
Meskipun teman-teman Dhea pergi berlibur , tapi ia hanya menghabiskan waktunya
di depan TV.
Suatu hari, ayah Dhea pulang lebih awal. Ketika itu
Dhea sedang menyapu halaman. Dengan bersikap saling dingin, ayah melewati Dhea
begitu saja. Jangankan untuk memeluknya , untuk menyapa Dhea saja enggan. Dhea
hanya mampu menarik nafas dan bersabar menghadapi ayahnya itu. Selesai menyapu,
Dhea hendak menghidupkan TV kemudian suara handphone ayah berdering, bergegas
Dhea membuka SMS itu, ternyata isi SMS itu dari wanita itu. Tiba-tiba dari
belakang ayah merebut handphone nya dari Dhea.
“ Lain kali , jangan membuka handphone ayah sembarangan
ya ?” kata ayah
“ Maaf yah.” Jawab Dhea ketus.
Kemudian Dhea berlari ke taman belakang rumah menemui
ibunya.
“ Ibuuuu…” sambil menangis Dhea memeluk ibunya yang
sedang menyiram bunga.
“ Kamu kenapa sayang ? Mengapa kamu menangis ?” tanya
ibu cemas
“ Ibu, Dhea rindu sama ayah yang dulu, Dhea rindu
pelukan ayah bu. Dhea rindu diperhatiin ayah. “ jawab Dhea dengan isak tangis.
“ Nak, dengar ibu sayang. Setiap manusia diberi cobaan
oleh Allah. Ya mungkin ini adalah sebuah cobaan buat keluarga. Seberapa kuat
sih iman kita nak ? Seberapa sabar kita menghadapi ini semua ? Allah selalu
memberi cobaan dalam batas kemampuan kita. Jadi, kita harus bisa melewati ini
semua. “ dengan memeluk Dhea yang sedang menangis.
Setahun berlalu, kini Dhea telah duduk dibangku SMP. Teringat
akan semua kenangan manis setahun silam antara Ayah , ibu dan Dhea . Namun,
semua telah berubah. Kini ayah telah berbeda.
Hari ini adalah hari ulang tahun Dhea. Tak ada yang
spesial kali ini. Setidaknya ibu masih ingat terhadap ulang tahun Dhea. Kali
ini ibu memberikan Dhea kue tart sebagai hadiah ulang tahunnya.
“ Terimakasih ibu. Dhea sayang sama ibu.” Sembari
memeluk ibu.
“ Ibu juga sayang dengan Dhea.” Semakin erat ibu
memeluk.
Tak lama, ayah Dhea datang. Namun, tanpa berkata
apa-apa ayah langsung masuk kamar.
“ Bu, Dhea rindu ayah ngucapin selamat ulang tahun.
Dhea juga rindu ayah kasih coklat dan kado ke Dhea. Mungkin, Dhea nggak akan
dapat semua itu tahun ini , melainkan tahun depan bu. “ kata Dhea berusaha
berfikir positif.
“ Iya nak. Semoga ayah segera sadar ya sayang. Jangan
berhenti berdo’a kepada Allah.
Hari demi hari , bulan demi bulan mereka lalui tanpa
ada kata untuk menyerah atas sulitnya kehidupan mereka. Ditambah lagi
perusahaan ayah yang mengalami krisis. Semakin sulit keadaan ekonomi keluarga
Dhea. Belum lagi , ayah dihimpit oleh hutang-hutangnya. Sampai pada akhirnya ,
ayah jatuh sakit. Tapi, dengan penuh kasih sayang ibu merawat ayah.
Kondisi ayah semakin buruk. Dhea dan ibu sangat
khawatir. Hingga akhirnya ayah dirujuk ke rumah sakit. Ayah di diagnosa
menderita penyakit jantung. Selama berhari-hari ayah dirawat dirumah sakit.
Tanpa henti-hentinya Dhea dan ibu mendo’akan kesembuhan sang ayah agar bisa
berkumpul kembali bersama keluarganya.
Dengan keadaan ekonomi yang semakin sulit, akhirnya
ibu dan Dhea sepakat menjual mobil demi kesembuhan ayah. Setelah akhirnya
hampir dua minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya ayah diperbolehkan pulang,
meskipun belum sepenuhnya sembuh.
Di rumah ,ibu merawat sang ayah dengan penuh perhatian
dan kasih sayang. Begitu juga dengan Dhea. Tak peduli kesalahan apa yang telah
diperbuat ayah kepada mereka, luka apa yang telah ayah beri kepada mereka, tapi
mereka tetap menyanyangi ayah.
Dengan penuh penyesalan, ayah meminta maaf kepada ibu
dan Dhea karena telah melukai hati istri dan anak tercintanya itu. Kini mereka
menciptakan keharmonisan yang pernah sempat pudar. Tak perlu kemewahan, dengan
kesederhanaan mereka saja sudah sangat bahagia bisa berkumpul kembali.
“ Terimakasih ya Allah, engkau kembalikan ayah kepada
kami. Tak perlu kemewahan untuk kebahagiaan tapi dengan kelengkapan keluarga , hidup
kami serasa lebih baik. “ Lantunan do’a dari bibir Dhea.